Selamat Datang di Ucap Ucap Cuap

Ucapan yang dilandasi oleh keinginan untuk menyalurkan rasa baik kekecewaan maupun dukungan atas apa yang penulis rasakan. Semoga bermaanfaat dan dapat menginspirasi. Tak lupa penulis minta maaf jika ada kesalahan yg pastinya tidak disengaja.

Senin, 26 Mei 2008

Sekolah Umum atau Home Schooling ?

Beberapa minggu yang lalu kita memperingati hari pendidikan nasional. Saya jadi ingin mengomentari tentang sistem pendidikan di negeri tercinta ini. Mungkin anda sependapat bahwa pendidikan itu sangat penting dan karenanya kita para orang tua berupaya mengusahakan agar anak - anak kita mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

Sejauh ini saya masih merasa bahwa pendidikan ke sekolah ( umum ) adalah alternatif yang terbaik dibandingkan dengan yang lain seperti home schooling yang sekarang ini sedang trend di negeri kita khususnya di kota - kota besar. Alasannya adalah karena di samping anak belajar ilmu pengetahuan, mereka juga akan belajar bersosialisasi, juga belajar tentang kerja kelompok ( team work ) , disamping juga mengajarkan disiplin pada anak karena mereka harus bangun pagi dan melakukan rutinitas sebelum berangkat seperti mandi, berpakaian seragam dan sarapan.

Namun makin hari saya amati, sekolah sekolah umum baik swasta maupun negeri, kian menunjukkan rendahnya nilai - nilai edukasinya alias hanya memikirkan keuntungan / profit semata. Kita memang tahu kalau barang bagus harganya pun bagus alias mahal. Pendidikan yang berkualitas memang akan mahal karena diberikan oleh pengajar yang handal ( berkualitas ) juga karena disertai dengan prasarana penunjang. Jadi sebagai orang tua, saya berharap anak yang saya sekolahkan di sekolah swasta mampu memenuhi harapan itu.

Namun yang saya rasakan kualitas dari pengajar dan cara - cara pengajar ( pendidik ) mencari uang tambahan di luar gaji, membuat saya agak kecewa. Sebagai contoh, anak - anak yang bersekolah di sekolah swasta yang sekolahnya hanya 5 hari dan mereka pulang sekolah kira - kira pukul 14.30 kok masih saja ada guru yang memberikan les tambahan setelahnya. Bayangkan saja anak - anak telah berada di sekolah selama kurang lebih 6 jam , di mana seharusnya mereka cukup mendapat ilmu yang sekiranya masih tersisa di ingatan mereka saat mereka pulang ke rumah, ternyata hanya sebagian kecil saja yamg masuk di kepala mereka. Jadi untuk apa mereka berlama - lama di sekolah. Kondisi ini dimanfaatkan oleh sebagian guru untuk membuka les setelah pulang sekolah . Padahal kalau lihat data IQ mereka adalah di atas rata - rata( tidak ada yang rendah sekali alias IQ jongkok) , sepantasnya mereka memiliki daya tangkap yang bagus terhadap pelajaran yang diberikan, ASALKAN memang benar pelajaran itu diberikan dengan cara atau pendekatan yang baik, sederhana, disertai contoh - contoh yang tepat. Tetapi jika terjadi KORUPSI dalam memberikan pelajaran di mana banyak informasi yang seharusnya diberikan saat jam pelajaran tersebut tetapi disembunyikan dan siswa tidak dirangsang untuk bertanya, ya.... jadilah mereka tidak mengerti apa - apa atau hanya sedikit yang sampai di otak mereka. Hal seperti ini memang saya rasakan saat saya di SMA dulu. Guru datang hanya membagikan soal, berbicara sangat hemat tanpa merangsang anak - anak untuk bertanya terhadap topik yang sedang diberikan. Tetapi ternyata alangkah bedanya cara guru tersebut memberikan pelajaran di kelas les di luar jam sekolah. Hal ini saya ketahui karena akhirnya saya memutuskan terpaksa ikut les mengingat nilai yang saya peroleh saat ulangan tidak memuaskan saya dan anehnya teman - teman yang tadinya biasa - biasa saja ( nilainya di bawah saya) bisa memperoleh nilai yang bagus dengan waktu pengerjaan yang singkat. Itulah yang membuat rasa penasaran saya, sehingga saya terpaksa ikut les. Kenyataan seperti ini kini telah lumrah terjadi di masyarakat kita.

Beruntung saat anak saya sekarang bersekolah saya masih memiliki waktu untuk mereview pelajarannya sehingga dia tidak perlu ikut les ( pelajaran sekolah ). Dan kenyataan hampir selalu saya ulangi menjelaskan tiap topik mengingat banyak hal yang tidak dimengerti. Jadi saya sering bertanya..... untuk apa berlama - lama di sekolah kalau akhirnya baru mengerti pelajaran itu saat saya jelaskan?

Sekarang saya bisa memahami kenapa akhirnya ada beberapa orang tua yang memutuskan untuk Home schooling bagi anaknya, disamping alasan - alasan lain, seperti anak yang capek ke sekolah karena faktor jarak, anak tersebut memiliki bakat khusus yang sudah menunjukkan prestasi dll.

Kalau menurut saya, sebaiknya para pengajar harus introspeksi diri, kenapa ada anak yang masih belum mengerti akan pelajaran yang diberikan, misalnya mengevaluasi lagi apakah metoda yang diberikan bisa masuk ke otak anak didik. Jangan memanfaatkan kondisi tersebut dengan akhirnya membuka les ( tidak gratis ) di luar jam sekolah. Jika memang anak tersebut betul betul memerlukan bantuan untuk menerima les tambahan, semestinya les itu diberikan oleh guru yang tidak mengajar langsung, untuk menghindari kecurangan -kecurangan seperti memberikan bocoran soal yang akan dikeluarkan. Pihak sekolah terutama Kepala sekolah sudah seharusnya mengawasi dan mentertibkan para stafnya. Kan aneh ......katanya gurunya hebat - hebat... tapi kok gagal mengajar di dalam kelas (jam sekolah ) tapi berhasil mengajar di kelas Les????

Tidak ada komentar: