Selamat Datang di Ucap Ucap Cuap

Ucapan yang dilandasi oleh keinginan untuk menyalurkan rasa baik kekecewaan maupun dukungan atas apa yang penulis rasakan. Semoga bermaanfaat dan dapat menginspirasi. Tak lupa penulis minta maaf jika ada kesalahan yg pastinya tidak disengaja.

Minggu, 18 Juli 2010

Sebuah Harapan


Jalan - jalan di pagi hari di sepanjang trotoar di jl. Orchad Singapore sungguh terasa berbeda kalau dibandingkan jika kita berjalan2 di trotoar di Jkt. Trotoarnya cukup lebar, bersih, bebas dari pedagang kaki lima apalagi sepeda motor seperti yg sering terlihat di Jkt. Orang - orang pun menyebrang dengan penuh teratur karena semua diatur oleh yg namanya traffic light. Tidak ada istilah yang namanya asal nyebrang dengan mengangkat tangan.
Ada rasa kagum, saat melintasi suatu halte, di mana bus benar2 berhenti tepat di halte. Kalau yang sering kita lihat di Jkt? Hmm....pasti anda semua sdh tau jawabannya. Orang bisa di mana saja menyetop bus yang ingin ditumpanginya, dan bus pun bisa berhenti di mana ada yang menyetopnya. Ada lagi pemandangan lain yang cukup menakjubkan. Saya melihat seorang perempuan yang sedang mengelap dengan kertas tisue di lantai tempat halte tersebut, mungkin karena dia telah secara tak sengaja menumpahkan air di sana. Oh..sungguh perbuatan yang terpuji.
Apa yang ada dalam pikiranku saat itu, tentu ada rasa sedih, kecewa.....kok negriku tidak seperti ini ya...? Kok mereka bisa ya mengajak warganya tertib dan bertanggung jawab seperti itu? Ya mungkin salah satu jawbannya adalah karena pemerintahnya berani tegasa dalam membuat dan menindak atas peraturan yang mereka buat. Kita pasti tahu kalau pemerintah Singapur akan memberikan sangsi yang keras atas pelanggaran seperti membuang sampah sembarangan atau menyebrang jalan bukan di tempatnya melalui denda yang tidak sedikit. Terus bagaimana cara mereka mengawasi atau memantau terjadinya pelanggaran? Tentu mereka memanfaatkan kamera. Dengan memasang kamera di mana - mana mereka bisa memantau kedispinan itu. Tapi apa itu saja sdh cukup untuk menjadikan mereka lebih disiplin? Saya rasa memang sosialisasi, pendidikan dalam keluarga, sekolah pasti berperan besar untuk mencetak manusia yang berdisiplin dan bertanggung jawab.
Kembali kepada negriku, terus kenapa kita tidak mau meniru hal yang baik dari mereka? Apa sih sulitnya? Siapa sih yang sebenarnya tidak mau hidup tertib dan taat hukum itu? Inilah pertanyaan besar saya? Masihkah ada harapan agar kita bisa lebih baik, lebih disiplin dan bertanggung jawab. Tentu harapan itu pasti ada. Cuma pertanyaannya " Kapan ya kita memulai" Bersakit - sakit dahulu, bersenang senang kemudian. Bukankah pepatah itu sdh sejak dahulu ada, kenapa tidak menjadi landasan untuk berani berbenah walau mungkin awalnya terasa kejam? Semoga generasi penerus bangsa ini terutama kita dan anak2 kita mau berbenah sejak detik ini, s e m o g a

2 komentar:

Athur Alam mengatakan...

Semuanya harus dikembalikan kepada i'tikad baik dari penguasa sekaligus kesadaran warganya memang...karena kedua elemen ini mau tak mau harus sejalan.

Contoh sederhana, lihatlah beberapa halte bus transjakarta (contoh, koridor arah tanjung priuk) yang sudah dibangun beberapa bulan lalu, tapi masih belum dibuka operasionalnya... Hanya dalam hitungan beberapa minggu halte tsb sdh dijarah bagian2 ruangannya.. pintunya hilang lah.. lantainya bolong2 dibongkar tukang besi keliling dst...

N. Sukranadi mengatakan...

Thx komennya, semoga kita dapat memberi andil dlm merevolusi mental bangsa kt dengan memulainya dr kita sendiri untuk bertindak tertib dan berani menegur teman, saudara bahkan org yg belum kt kenal tentu dg niat & cara yg baik, walau itu pasti beresiko. Semoga niat & usaha kita diridhoi Allah, amien